Komposisi kimia kapsul konsentrat protein ikan belut (Monopterus albus) sebagai makanan suplemen bagi penderita gizi buruk
Abstract
Belut memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, dan kaya akan kandungan EPA dan DHA. Meskipun kaya akan protein, EPA dan DHA, konsumsi belut oleh masyarakat Indonesia tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena bentuk belut yang menyerupai ular sehingga masyarakat enggan memakan belut. Oleh karena itu perlu diupayakan pengolahan daging belut menjadi bentuk lain sehingga dapat meningkatkan konsumsi masyarakat terutama penderita gizi buruk. Salah satu bentuk pengolahan yang dapat dilakukan terhadap daging belut adalah kapsul konsentrat protein ikan (KPI). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji komposisi kimia KPI belut dalam bentuk kapsul sebagai makanan suplemen bagi penderita gizi buruk. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode rancangan acak lengkap faktorial dengan perlakuan waktu pengukusan dan waktu pengeringan masing-masing tiga taraf yaitu 20, 30, dan 40 menit untuk pengukusan, dan 10, 15, dan 20 jam untuk pengeringan. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan terhadap komposisi kimia KPI melalui pengujian proksimat dan uji kadar kalsium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu pengukusan dan pengeringan pada proses pembuatan KPI belut, berpengaruh nyata terhadap karakteristik KPI yang dihasilkan terutama kadar protein dan kadar kalsium. Semakin cepat proses pengukusan dan semakin lama waktu pengeringan menghasilkan kadar protein dan kadar kalsium yang tinggi. Perlakuan waktu pengukusan dan pengeringan yang terbaik untuk menghasilkan produk KPI belut yang sesuai standar adalah masing-masing 10 menit untuk waktu pengukusan dan 40 jam untuk waktu pengeringan. Secara umum karakteristik KPI belut yang dihasilkan telah memenuhi beberapa kriteria standar makanan tambahan bagi penderita gizi buruk khususnya anak usia sekolah dasar.
References
Afriani, R.R., Kurniawati, N., & Rostini, I. (2015). Penambahan konsentrat protein ikan nila terhadap karakteristik kimia dan organoleptik biskuit. Jurnal Perikanan Kelautan Vol.7(1): 6-13.
Aktherss, S. (2018). Preparation and preservation of fish protein concentrate (FPC) from five dried small indigenous fishes of the River Padma, Rajshahi, Bangladesh. International Journal of Fisheries and Aquatic Studies Vol.6(3):163-167.
Almatsier, S. (2006). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Astiana, I., Nurjanah, Suwandi, R., Suryani, A.A., & Hidayat, T. (2015). Pengaruh penggorengan belut sawah (Monopterus albus) terhadap komposisi asam amino, asam lemak, kolesterol dan mineral. Depik Vol. 4(1): 49-57.
Dewita, Syahrul, & Isnaini. (2011). Pemanfaatan konsentrat protein ikan patin (Pangasius Hypothalamus) untuk pembuatan biskuit dan snack. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 14(1):30-34.
Dewita & Syahrul. (2014). Fortifikasi konsentrat protein ikan patin siam pada produk snack amplang dan mi sagu instan sebagai produk unggulan daerah Riau. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol. 17(2): 156-164.
Dewita & Syahrul. (2015). Quality assessment of fish protein concentrate from catfish (Pangasius hypopthalmus) during storage at room temperature. IOSR Journal of Environmental Science, Toxicology and Food Technology Vol 9(9): 20-23.
Dewita, Syahrul, Suparmi, & Lukman, S. (2017). Utilization of fish protein concentrate from patin fish (Pangasius hypopthalmus) on street foods for under five years children at Kampar District, Riau Province. International Journal of Oceans and Oceanography Vol. 11(1): 75-88.
Khoshkhoo, Z., Motalebi, A., Khanipour, A.A., Firozjaee, H.K., Nazemi, M. & Mahdabi, M. (2010). Study on changes of protein and lipid of fish protein concentrate (FPC) produced form kilkas in VP and MAP packages at light and darkness condition during six months. International Journal of Environmental Science and Development Vol. 1(1): 101-106.
Ma’ruf, W.F., Rahmania, I., Pelu H., Chaidir, A., Hertuti,D., Fadillah, R., Supratika, K. & Hartono, B. (2014). Petunjuk Teknis - Teknologi Sederhana Pengolahan Produk Kelautan dan Perikanan. Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Oktavia, S., Widajanti, L., & Aruben, R. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi buruk pada balita di kota Semarang tahun 2017 (studi di rumah pemulihan gizi banyumanik kota Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal). Vol. 5(3):186-192.
Menkes RI. (2016). Permenkes No.51 Tahun 2016 Tentang Standar Produk Suplementasi Gizi. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Republika.co.id. (2008). Kalori Tinggi untuk Gizi Buruk. Online. https://republika.co.id/ berita/gaya-hidup/tips-sehat/08/12/ 16/20363-kalori-tinggi-untuk-gizi-buruk [Diakses 07-12-2019].
Rinto, Supriadi, A., Widiastuti, I., Depriandi, & Safrial. (2010). Karakteristik kimia belut sawah (Monopterus albus Zuiew) asap dengan perlakuan penggaraman. Prosiding Seminar Nasional Unsri, Palembang, 20-21 Oktober 2010: 513-520.
Sandita, A., Maulana, I.T., & Syafnir, L. (2015). Perbandingan komposisi asam lemak antara minyak belut (Monopterus albus) dan minyak sidat (Anguilla sp.) dengan metode KG-SM. Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba: 388-396.
Supriyanti, F.M.T., Herwiandani D.P., & Kusrijadi, A. (2015). Mikroenkapsulat minyak belut (Monopterus albus) beromega-3 sebagai fortifikan keju cottage. Chimica et Natura Acta Vol.3(2): 70-75.
Tawali, A.B., Roreng, M.K., Mahendradatta, M., & Suryani. (2012). Difusi teknologi produksi konsentrat protein dari ikan gabus sebagai food supplement di Jayapura. Prosiding INSINas: 243-247.
Copyright (c) 2021 Agrokompleks
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.