Identifikasi kandungan kapang dan bakteri pada limbah padatan (decanter solid) pengolahan kelapa sawit untuk pemanfaatan sebagai pupuk organik

  • Imran Imran Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan
  • Zulfitriany Dwiyanti Mustaka Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan
Keywords: bakteri, kapang, kelapa sawit, limbah, pupuk

Abstract

Pada Industri pengolahan kelapa sawit dihasilkan beberapa limbah berupa tandan kosong, limbah cair, serabut, cangkang dan limbah padatan (Solid decanter).  Limbah padat dalam produksi kelapa sawit menghasilkan 4% dari semua proses yang terjadi. Decanter solid banyak dijadikan pupuk organik karena kandungan N, P dan K cukup tinggi, limbah decanter solid juga dijadikan pakan ternak karena kandungan protein dan lemak cukup tinggi untuk dijadikan pakan sampingan khususnya untuk sapi dan kambing. Decanter solid ini biasa digunakan dalam pembuatan pupuk organik yang akan dikembalikan kepada lahan kelapa sawit untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia sehingga mengurangi biaya perawatan kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan kapang dan bakteri limbah padat kelapa sawit sebagai pupuk organik. Penelitian dilakukan dengan mengidentifikasi kandungan mikroorganisme pada limbah decanter solid pada usia 2, 3 dan 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada decanter solid  banyak mengandung mikrobiologi seperti aspergillus niger, aspergillus fumigatus, Cellvibrio sp, Pseudomonas sp dan Pseudomonas sp. Mikroba ini akan membantu penyediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan seperti nitrogen (N), posfor(P), kalium (K) Dan carbon organik (C).

Author Biographies

Imran Imran, Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Program Studi Agroindustri, Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

Zulfitriany Dwiyanti Mustaka, Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Program Studi Agroindustri Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan

References

Haryanti, A., Norsamsi, Putri, S.F.S dan Putri, Novy P,. 2014. Studi Pemanfaatan Limbah Padat Kelapa Sawit. Konversi Vol. 3 (2): 20-29.
Irawan, B dan Wigianti, R. 2004. Pengujian Daya Dekomposisi Beberapa Isolat Mikrofungi dari Perkebunan Kelapa Sawit Natar Lampung Selatan. Jurnal Sains Teknologi Vol. 10(3): 151-156.
Kok, K.H., Karim, M.I.A., Ariff, A.B. dan Abd-Aziz, S. 2002. Application of live and Non-Metabolizing cell of Aspergillus Flavus Strain 44-1 as Biosorbent for Removal of Lead From Sulition. Pakistan Journal Of Biological Sci.Vol 5(3) : 332-334
Ningrum, N. R., Widhorini dan Yuliani E. 2013. Analisis Pertumbuhan Jamur Aspergillus Fumigatus dalam Media Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus L.). Skripsi. Sekolah Tinggi Analisis Kesehatan Bakti Asih.
Nuke, H.P. 2014.Keanekaragaman Hama dan Penyakit pada Tanaman Krisan (Chrysanthemum spp.). Skripsi, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.
Scheidegger, K.A. dan Payne, G.A. 2003. Unlocking the secrets behind secondary metabolism: a review of aspergillus flavus from pathogenicity to functional genomics. Journal Toxicology Vol. 22: 423-459
Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Simanungkalit dan Suriadikarta, D.A. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian, Bandung.
Watanabe, A. 2002. Loss of Overt Wh-Movement in Old Japanese. In David W. Lightfoot (ed.), Syntactic Effects of Morpological change. Oxford University Press, Oxford.
Vincent, 1982. Nitrogen Fixation in Legume. Academic Press, London.
Yuniza, 2015. Pengaruh pemberian kompos decanter solid dalam media tanaman tehadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pembibitan utama. Skripsi. Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi
Published
2020-01-30
How to Cite
Imran, I., & Mustaka, Z. (2020). Identifikasi kandungan kapang dan bakteri pada limbah padatan (decanter solid) pengolahan kelapa sawit untuk pemanfaatan sebagai pupuk organik. Agrokompleks, 20(1), 16-21. https://doi.org/10.51978/japp.v20i1.196