Introduksi teknologi atraktor cumi-cumi untuk meningkatkan hasil tangkapan nelayan tradisional
Abstract
Nelayan cumi-cumi di Kabupaten Pangkep, khususnya di Kecamatan Tupabbiring, Desa Mattirodeceng dan Mattirobone saat ini masih menggunakan metode
kompensional yaitu memancing dan mencari lokasi fishing ground dalam kegiatan penangkapannya sehingga hasilnya belum optimal dan sangat tergantung dengan musim. Olehnya itu diperlukan alat bantu penangkapan cumi-cumi yang dapat juga digunakan sebagai tempat memijah dan perlekatan telur. Tujuan kegiatan penelitian ini adalah (1) untuk mendesain alat bantu “atraktor cumi-cumi” sebagai inovasi baru dalam teknologi penangkapan cumi-cumi; (2). Untuk mengetahui efektivitas alat tersebut sebagai alat bantu dalam mengumpulkan cumi-cumi. Alat ini disamping berfungsi sebagai alat bantu penangkapan yang digunakan untuk mengumpulkan cumi-cumi, juga berfungsi sebagai tempat untuk melekatkan telur dan memijah. Dari aspek ekonomi alat ini memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan nelayan, sedangkan dari aspek ekologi dapat merestoking bibit cumi-cumi dalam jumlah besar untuk menjamin
keberlanjutan sumberdaya cumi-cumi di laut. Disamping itu, keistimewaan alat ini adalah dapat memperkecil biaya operasi penangkapan dan dapat dioperasikan sepanjang tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah mendesain suatu alat atraktor cumi-cumi yang terbuat dari pipa paralon yang dipadukan dengan jaring (waring) dan kain berwarna hitam dan daun nipah. Perlakuan yang diterapkan pada penelitian ini terdiri dari tiga atraktor yang masing-masing dipasangi 3, 4 dan 5 atap nipah yang digantung dalam atraktor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya tarik cumi-cumi lebih banyak ditemukan pada atraktor yang didalamnya terpasang 4 atap nipah dan masuk katagori efektif.
References
Barnes, R.D., 2010 Invertebrata Zoology. W.B. Saunders Company. Philadeklphia, London, Toronto
Baskoro MS dan Mustaruddin. (2006). Atraktor Cumi-cumi: Teknologi Potensial dan Tepat Guna untuk Pengembangan Kawasan Pantai Terpadu. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap, Dep. PSP FPIK IPB. Bogor.
Brandt, A.V. 1984. Fish Catching Methods of The World. 3rd Edition. England: Fishing News Books Ltd.418 p.
Brodziak, J and L. Hendrickson. 1999. An Analysis of Environmental Effects on Survey Sathes of squid Loligo pealey and Illex illebrosus in The Northwest Atlantic. Fis.Bull. 97 : p 9-24.
Direktur Jenderal Pesisir Pantai dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan, 2007 dan Perikanan (DKP) Sambutan acara Gerakan Bersih Pantai dan Laut (GBPL) di Bengkulu, Artikel- Dkp.go.id. 2008.
Mujiono, N. 2009. Spesimen Tipe Cephalopoda dari Perairan Indonesia. Oseana, Volume XXXIV, Nomor 4, Tahun 2009 : 9-15.
Mulyono, S. Baskoro, Purwangka, F. Dan Suherman, A. 2011, Atraktor cumicumi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Nabhitabhata, J. 1996. Life Cycle of Cultured Big Fin Squid, Sepioteuthis Lessoniana LESSON. Phuket: Phuket Marine Biology Center. SpecialPublication 25 (I) : p 91-99.
Soewito, A. P. Dan B. Syarif. 1990. Uji Coba Pancing Cumi-cumi”Squid Jigger” di Perairan Laut Cina Selatan dan Kalimanatan Barat. Semarang : Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. 32 hal.
Tallo, I. 2006. Perbedaan Jenis dan Kedalaman Pemasangan atraktor Terhadap Penempelan Telur Cumicumi. Tesis. Program Studi Teknologi Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 64 hal
Copyright (c) 2019 Jurnal Agrokompleks
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.